QUO VADIS MAHASISWA PALOPO: Potret Lembaga Kemahasiswaan Di Kota Palopo



Penulis: Muh. Amri Akwat Tomalatta (Pemerhati Organisasi Kota Palopo)


Secara umum organisasi adalah sekumpulan orang yang selalu berbagi pendapat untuk mencapai tujuan bersama. Perkembangan organisasi dalam dunia pendidikan dikenal sebagai organisasi yang mendidik atau sebagai proses terencana yang sistematis untuk mengubah strategi, prosedur, dan budaya suatu organisasi guna meningkatkan kinerja, efektivitas, dan pertumbuhannya. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa, sebagai alat penggagas dan pendorong pendidikan, organisasi dalam pendidikan harus memainkan peran yang penting dalam mencapai tujuan akademik atau biasa kita sebut sebagai control social.


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia, termasuk tujuan, prinsip, jenis pendidikan, akreditasi, pendanaan, dan peran berbagai pihak terkait pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Kalau kita mengamati kehidupan mahasiswa hari ini di Kota Palopo sesuai dengan peran sebagai pelaksana pendidikan, mahasiswa memainkan peran penting dalam menghasilkan generasi bangsa yang inovatif, mampu, mandiri, terampil, dan berbudaya.


Namun, seperti apa hari ini mahasiswa memahami nilai-nilai mahasiswa itu sendiri? Apakah mahasiswa sekarang paham dengan nilai-nilai organisasi? Ataukah kita hanya menjadi pengekor senior-senior terdahulu, perlu kita renungkan bersama tantangan ini secara mendalam.


Fenomena hari ini tidak banyak organisasi kemahasiswaan di lingkup Kota Palopo yang membicarakan terkait seberapa penting gerakan kemahasiswaan terhadap segala permasalahan yang ada di daerah sendiri. Gerakan kemahasiswaan lebih cenderung dengan kegiatan euphoria semata tanpa memikirkan output yang jelas dalam konteks (memanusiakan manusia) dengan kegitan demikian. Kelihatanya lembaga kemahasiswaan berubah menjadi event organizer yang hanya mengurusi kegiatan seremonial. Melahirkan pekerja-pekerja yang hanya mementingkan diri sendiri. Apakah ini disorientasi gerakan organisasi kemahasiswaan? Apakah ini menjadi faktor utama minimnya peminat mahasiswa beroganisasi saat ini?


Di balik visi besar Indonesia emas 2045 “Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan”. Menjadi tantangan besar untuk lembaga kemahasiswaan hari ini. Visi ini mencakup pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan pembangunan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta penguatan ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan yang baik. Kalau kita lihat secara spesifik poin peningkatan sumber daya manusia, selaras dengan tantangan organisasi saat ini. Secara sadar dituntut agar melek dalam segala aspek peningkatan sumber daya manusia itu sendiri.


Tantangan lain yaitu mahasiswa harus melek dengan perkembangan informasi digital, agar lebih peka terkait isu-isu daerah dan nasional dan bisa segera disikapi. Jika dulu gerakan mahasiswa hanya berbasis offline, dimana wacana sulit untuk disebarkan. Sekarang wacana itu berseliweran efek dari kemajuan zaman, terutama digitalisasi. Kita sisa memilah dan memilih persoalan-persoalan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Bukannya malah terlena, dengan narsisme diri. Secara tidak sadar kita sebenarnya sudah ada dalam zaman ini, apakah lembaga-lembaga kemahasiswaan di Kota Palopo sudah siap dengan tantangan ini? Menjadikan perkembangan digital sebagai medan perjuangan baru menyuarakan kepedulian dan kemanusiaan kita.


Hal ini perlu kita refleksikan ulang bersama sebagai entitas yang masih bergelut dalam dunia lembaga kemahasiswaan khususnya di Kota Palopo. Sekarang kalau lembaga kemahasiswaan tidak siap dengan segala tantangan ini, kita harus segera berbenah memberikan ide yang relevan dengan zaman ini. Meminjam pesan Tan Malaka “berpikir besar, kemudian bertindak”.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama