Penulis: Imam Abdul Hamid
Indonesia merupakan negara yang
mempunyai banyak pulau, etnis, suku bangsa, dan agama. Melihat hal itu
menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dengan beragam keyakinan
dan bahasa yang unik. Keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia adalah kekayaan
yang paling berharga. Namun, keberagaman itu dapat juga menjadi bom waktu yang
lambat laun pasti meledak dan menghancurkan Indonesia apabila masyarakatnya
tidak mau belajar dan memahami kenyataan itu.
Masyarakat Indonesia yang multikultural menyadarkan kita tentang adanya cara hidup yang berbeda. Setiap orang bebas memilih mana yang benar menurut pandangan masing-masing. Namun yang menjadi masalah seseorang memakai pandangannya untuk melihat orang lain. Padahal setiap orang memiliki teleskopnya masing-masing, dan teleskop itu merepresentasikan budaya atau agamanya untuk melihat dan mengamati yang lain.
Begitulah penggambaran realitas keberagaman Indonesia yang diberikan Mega Hidayati dalam buku yang bertajuk “Jurang diantara kita.” Mega Hidayati juga mencoba memberi solusi untuk mengatasi perbedaan yang ada pada masyarakat Indonesia. Pada bagian awal, penulis menyampaikan permasalahan yang ada pada masyarakat multikultural, seperti prasangka, kesalahpahaman, konflik, dan kekerasan. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan permasalahan tersebut penulis mengajak pembaca untuk memahami pemikiran Hans Georg Gadamer, seorang filsuf yang konsen dalam bidang hermeneutika juga tertarik pada ilmu humaniora.
Pemikiran Gadamer mengenai keterbatasan manusia yang tereflesikan melalui tradisi, bahasa, dan pengalaman. Semua refleksi keterbatasan manusia itu berhubungan dengan prasangka, kesalahpahaman, serta konsep kebenaran. Menurut Gadamer untuk dapat menyelesaikan itu semua harus diadakan suatu dialog, sehingga setiap individu dapat memahami perbedaan yang ada pada dirinya, orang lain, dan lingkungannya. Disamping mengajak pembaca memahami pemikiran Gadamer, pada bagian akhir Mega Hidayati juga menyuguhkan model dialog antaragama dari Paul Knitter.
Knitter merupakan
seorang cendikiawan terkemuka dalam kajian pluralisme. Menurutnya dialog
antaragama akan membuahkan hasil bukan ketika kita mendiskusikan perbedaan atau
persamaan dalam hal doktrin, melainkan ketika berbagai tradisi agama berjuang
bersama-sama untuk memahami, menghadapi, dan mengatasi penderitaan yang ada
disekitarnya.
Setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda disebabkan oleh lingkungan, pendidikan, latar belakang keluarga, dan sebagainya. Lingkungan yang memiliki tradisi atau kebiasaan, tradisi dan kebiasaan itulah yang membuat pandangan seseorang dalam suatu lingkungan mempunyai pandangan yang berbeda. Banyak anggapan bahwa tradisi diberikan oleh sejarah, karena tradisi dikenal secara turun-temurun atau penalaran manusia menciptakan sebuah tradisi. Akan tetapi Gadamer menolak pemikiran tersebut. Menurutnya tradisi bukan diberikan sejarah, melainkan sejarah merupakan tradisi yang dipelihara (halaman 34).
Ketika terjadi kesalahpahaman akan tradisi lain, Gadamer mengajukan penyelesaiannya dengan cara berdialog. Dialog adalah cara yang efektif dan masuk akal untuk menumbuhkan sikap saling memahami satu sama lain. Agar dialog dapat berjalan dengan baik kita harus melihat dengan siapa kita berdialog, hal ini dimaksudkan agar kita dapat memilih penggunaan kata yang mudah dimengerti oleh responden.
Kata juga memiliki kemampuan mengekspresikan apa yang manusia ingin katakan. Dan bahwa berdialog adalah untuk memahami serta mendapatkan pengetahuan yang lebih baik tentang orang lain, bukan untuk menghasut orang lain agar sejalan dengan kita (halaman 78).
Saat ini di Indonesia masih sering terjadi konflik. Konflik yang terjadi sering mengatasnamakan budaya, etnis bahkan agama. Konflik itu semakin meningkat dan menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, yang paling dominan adalah konflik antaragama. Seperti yang terjadi di daerah Bekasi Jawa Barat, perusakan salah satu tempat ibadah agama Kristen yang dilakukan oleh agama Islam.
Melihat hal tersebut pantas kiranya kunci dialog Gadamer dan Knitter dipakai sebagai cara untuk menyelesaikan konflik antaragama. Namun yang terpenting adalah bagaimana kita memahami yang lain sehubungan dengan keterbatasan manusia.
Secara keseluruhan melalui buku ini penulis mencoba menyampaikan suatu solusi berupa dialog agar dapat terciptanya kehidupan yang harmonis pada masyarakat Indonesia yang multikultural. Dialog sebenarnya bukanlah hal yang baru, namun yang membedakan dengan yang lain, penulis menjelaskan konsep dialog dengan memakai pemikiran Gadamer yang disandingkan dengan pemikiran Paul Knitter.
Dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, pembaca akan mendapatkan secara mendalam mengenai makna kebijaksanaan yang secara praktis menolong kita memahami dan menjembatani jurang perbedaan yang ada diantara
Posting Komentar